Langsung ke konten utama

Pembangunanisme

Kata "pembangunan" biasanya selalu dikaitkan dengan pertumbuhan. Maklum saja, terminologi ini berasal dari paham ekonomi liberal yang sangat suka dengan pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, saking sukanya dengan pertumbuhan, maka pembangunan itu sendiri pada akhirnya mengabaikan pemerataan.

Kita bisa terjadinya kesenjangan pembangunan di mana-mana, baik antara kota dan desa, atau antara jawa dan luar jawa, hingga antara negara maju dengan negara berkembang, seperti halnya Indonesia ini. Akibatnya, hasil-hasil pembangunan pun hanya dinikmati oleh segelintir orang.

Selain berakibat pada terciptanya kesenjangan, pembangunan juga sering kali menimbulkan kerusakan sumber-sumber kekayaan alam dan lingkungan hidup. Sebut saja misalnya pembangunan Proyek Lahan Gambut (PLG) 1 juta hektar di Kalimantan Tengah.

Alih-alih mau meningkatkan produksi beras nasional, PLG justru telah merusak hutan rawa gambut yang merupakan penyangga ekosistem. Akibat pembukaan hutan rawa gambut ini, berjuta-juta ton karbon dilepas ke udara. Lepasnya karbon ke udara ini pada gilirannya akan berkontribusi pada terjadinya perubahan iklim akibat efek gas rumah kaca.

Melihat kenyataan tersebut, masihkah kita bernafsu untuk melakukan pembangunan? Apakah tidak lebih bijak bila pembangunan berhanti dulu untuk sementara waktu?

Komentar

blog sawit.com mengatakan…
wahh..pak joko waluyo,salam kenal yaaa...?munkin aku blm kenal banget ama pak joko,tapi aku dah banyak dengar dari kawan2.masa sih,,pak joko itu orang kalimantan,,?bukane wong cilacap yaaa...?kata bang jefri wong cilacap,maaf yaa kl aku menyinggung saudara pak joko waluyo..?smoga sukses selalu ya pak..?wasalamualaikum
Joko Waluyo mengatakan…
senang berkenalan denganmu, betul bahwa leluhur saya berasal dari cilacap, jawa tengah, tapi saat ini saya tinggal di pontianak, kalimantan barat.
sukses juga buatmu.

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Dasar

Ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Damar. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia menginjakkan kaki di Sekolah Dasar. Tepatnya di SD Bruder Nusa Indah Pontianak. Bagi kebanyakan orang, SD adalah tempat pertama untuk mengenal dunia sekolah. Namanya aja Sekolah Dasar. Namun sebelum memasuki SD, Damar telah masuk di Taman Kanak-kanak Primanda Untan. Mungkin karena namanya TK jadi gak dianggap sekolah, tapi tempat bermain. Namanya khan ada tamannya hehe. OK nak, selamat mengenal dunia yang baru ya. Belajarlah yang tekun, raihlah cita-citamu setinggi langit. Kamu sekarang sudah jadi anak sekolah. Tapi gak kayak Si Doel khan?

Dedeng Alwi

Semak itu dibiarkan tumbuh liar. Kota Palu terasa panas, ketika kakiku menapaki komplek pekuburan itu. Di sini, bersemayam damai jasad sahabatku, Dedeng Alwi. Seorang sahabat yang sangat berkesan dalam hidupku. Tuhan punya rahasia. Dialah yang menentukan kapan saatnya seorang anak manusia dipanggil pulang. Termasuk sahabatku ini, dia dipanggil pulang dalam usia yang belum terlalu tua. Meski sesungguhnya, masih banyak kerja di dunia ini. Dari tanggannya, lahir berpuluh-puluh aktivis lingkungan yang pro rakyat. Maklum, almarhum adalah salah satu dedengkot aktivis LSM di Palu. Karena itu pulalah, aku mengenal sosok almarhum sebagai guru bertangan dingin. Bung, semoga engkau damai di sisi Tuhan Yang Maha Mengerti. Aku sangat kehilangan, sosok sahabat seperti kamu.

Kaki Pelangi

Ini kejadian yang sangat langka. Rabu 27 Juni 2007, sekitar jam 3 sore, Damar anak pertamaku teriak-teriak memanggil ibunya. "Ibu, ibu, ibu sini lihat ada pelangi di depan rumah kita," teriaknya. Ada apa dengan pelangi? bukankah melihat pelangi itu hal biasa? pikir ibunya. Memang betul, kalau kita melihatnya pelangi di atas langit. Tapi yang ini memang beda. Yang dilihat Damar adalah kaki pelangi. Ia melihatnya dari jarak sekitar 3 meter. Pelangi itu ada di depannya. Apa yang dilihat Damar juga dibenarkan oleh ibunya. Istriku itu merinding dibuatnya. Karena selama ini, ia pun baru pertama kali melihat kaki pelangi. Adakah ini fenomena alam biasa? Ataukan tanda keberuntungan bagi orang-orang yang melihatnya? Walahualam, yang jelas Damar dan ibunya telah melihat kaki pelangi, kemarin sore.