Langsung ke konten utama

Cape Deh


Apa yang Anda pikirkan setelah melihat gambar di atas? apakah PWI yang cape? cafe-nya PWI? atau mungkin juga Cafe FWI? atau cafenya milik orang Jawa kelahiran Ambon? atau apa lagi? Silahkan Anda bebas menafsirkan sendiri. Yang pasti, cafe ini memang ada. Tepatnya di samping kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah.

Pembuatannya tentu saja disengaja. Penulisan "Cape PWI" justru akan membuat pengunjung cafe ini penasaran. Ini terbukti, bila hari telah senja, dengan sekejap cafe ini didatangi para muda-mudi untuk sekadar menikmati minuman dan makanan ringan sambil melepas penat.

Untuk ukuran kota kecil seperti Kuala Kapuas, kehadiran tempat nongkrong seperti ini tentu saja jadi menarik. Di sini, Cape PWI ini memang satu-satunya tempat nongkrong yang ramai dikunjungi orang. Namun melihat antusiasme anak muda di sini, kabarnya Pemda Kab. Kapuas juga akan mengembangkan cafe-cafe sejenis di pusat kota.

Jadi bila Anda berkesempatan hadir di Kuala Kapuas, jangan lupa singgah di Cape PWI, dijamin rasa cape Anda akan segera sirna seiring dengan senja yang menghilang di kegelapan malam.
Blogged with the Flock Browser

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Dasar

Ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Damar. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia menginjakkan kaki di Sekolah Dasar. Tepatnya di SD Bruder Nusa Indah Pontianak. Bagi kebanyakan orang, SD adalah tempat pertama untuk mengenal dunia sekolah. Namanya aja Sekolah Dasar. Namun sebelum memasuki SD, Damar telah masuk di Taman Kanak-kanak Primanda Untan. Mungkin karena namanya TK jadi gak dianggap sekolah, tapi tempat bermain. Namanya khan ada tamannya hehe. OK nak, selamat mengenal dunia yang baru ya. Belajarlah yang tekun, raihlah cita-citamu setinggi langit. Kamu sekarang sudah jadi anak sekolah. Tapi gak kayak Si Doel khan?

Dedeng Alwi

Semak itu dibiarkan tumbuh liar. Kota Palu terasa panas, ketika kakiku menapaki komplek pekuburan itu. Di sini, bersemayam damai jasad sahabatku, Dedeng Alwi. Seorang sahabat yang sangat berkesan dalam hidupku. Tuhan punya rahasia. Dialah yang menentukan kapan saatnya seorang anak manusia dipanggil pulang. Termasuk sahabatku ini, dia dipanggil pulang dalam usia yang belum terlalu tua. Meski sesungguhnya, masih banyak kerja di dunia ini. Dari tanggannya, lahir berpuluh-puluh aktivis lingkungan yang pro rakyat. Maklum, almarhum adalah salah satu dedengkot aktivis LSM di Palu. Karena itu pulalah, aku mengenal sosok almarhum sebagai guru bertangan dingin. Bung, semoga engkau damai di sisi Tuhan Yang Maha Mengerti. Aku sangat kehilangan, sosok sahabat seperti kamu.

Kaki Pelangi

Ini kejadian yang sangat langka. Rabu 27 Juni 2007, sekitar jam 3 sore, Damar anak pertamaku teriak-teriak memanggil ibunya. "Ibu, ibu, ibu sini lihat ada pelangi di depan rumah kita," teriaknya. Ada apa dengan pelangi? bukankah melihat pelangi itu hal biasa? pikir ibunya. Memang betul, kalau kita melihatnya pelangi di atas langit. Tapi yang ini memang beda. Yang dilihat Damar adalah kaki pelangi. Ia melihatnya dari jarak sekitar 3 meter. Pelangi itu ada di depannya. Apa yang dilihat Damar juga dibenarkan oleh ibunya. Istriku itu merinding dibuatnya. Karena selama ini, ia pun baru pertama kali melihat kaki pelangi. Adakah ini fenomena alam biasa? Ataukan tanda keberuntungan bagi orang-orang yang melihatnya? Walahualam, yang jelas Damar dan ibunya telah melihat kaki pelangi, kemarin sore.