Langsung ke konten utama

Mati Lampu


mati lampu

bapak ndak tau...
aku sedang bermain
dengan abangku...

Begitu cuplikan lagu dangdut yang biasa dinyanyikan Paksi kalo lagi mati lampu di rumah. Dan Paksi terbilang sering nyanyi lagu itu, maklum di rumahnya memang teramat sering mati lampu.

"Mengapa lampu mati pak?" begitu tanyanya lugu. Ya karena PLN, sebagai perusahaan monopoli listrik gak mampu mengalirkan listrik ke rumah. Karena pembangkitnya banyak yang rusak. Mana sumber energinya cuma dari BBM lagi.

Sekarang khan BBM mulai langka. Makanya pemerintah sedang mencari sumber energi yang lain. Contohnya biodiesel. Untuk menyediakan biodiesel, pemerintah berencana mau memperluas kebun sawit di mana-mana.

Ambil contoh di Kalbar. Kalo saat ini luas kebun sawit baru mencapai 400an ribu ha, maka rencananya akan dibuka kebun hingga lebih dari 2 juta ha. Katanya seh untuk sumber energi listrik, biar rumah Paksi gak sering mati lampu lagi.

Sering mati lampu juga banyak dikeluhkan oleh pengusaha. Kata mereka usahanya gak kompetitif, karena sebagian keuntungannya harus dikuras untuk sewa genset dan beli solar. Menurut mereka soal seringnya mati lampu diduga karena ada praktek bisnis kotor. Dalam arti karena ada perusahaan yang menyediakan penyewaan genset.

Sebetulnya gak perlu sering-sering mati lampu. Buktinya waktu kunjungan presiden baru-baru ini, listrik hampir-hampir gak pernah padam selama seminggu. Namun ketika gak ada presiden, ya kembali ke? kebiasaan awal. Mati lampu, bapak ndak tau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Dasar

Ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Damar. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia menginjakkan kaki di Sekolah Dasar. Tepatnya di SD Bruder Nusa Indah Pontianak. Bagi kebanyakan orang, SD adalah tempat pertama untuk mengenal dunia sekolah. Namanya aja Sekolah Dasar. Namun sebelum memasuki SD, Damar telah masuk di Taman Kanak-kanak Primanda Untan. Mungkin karena namanya TK jadi gak dianggap sekolah, tapi tempat bermain. Namanya khan ada tamannya hehe. OK nak, selamat mengenal dunia yang baru ya. Belajarlah yang tekun, raihlah cita-citamu setinggi langit. Kamu sekarang sudah jadi anak sekolah. Tapi gak kayak Si Doel khan?

Dedeng Alwi

Semak itu dibiarkan tumbuh liar. Kota Palu terasa panas, ketika kakiku menapaki komplek pekuburan itu. Di sini, bersemayam damai jasad sahabatku, Dedeng Alwi. Seorang sahabat yang sangat berkesan dalam hidupku. Tuhan punya rahasia. Dialah yang menentukan kapan saatnya seorang anak manusia dipanggil pulang. Termasuk sahabatku ini, dia dipanggil pulang dalam usia yang belum terlalu tua. Meski sesungguhnya, masih banyak kerja di dunia ini. Dari tanggannya, lahir berpuluh-puluh aktivis lingkungan yang pro rakyat. Maklum, almarhum adalah salah satu dedengkot aktivis LSM di Palu. Karena itu pulalah, aku mengenal sosok almarhum sebagai guru bertangan dingin. Bung, semoga engkau damai di sisi Tuhan Yang Maha Mengerti. Aku sangat kehilangan, sosok sahabat seperti kamu.

Kaki Pelangi

Ini kejadian yang sangat langka. Rabu 27 Juni 2007, sekitar jam 3 sore, Damar anak pertamaku teriak-teriak memanggil ibunya. "Ibu, ibu, ibu sini lihat ada pelangi di depan rumah kita," teriaknya. Ada apa dengan pelangi? bukankah melihat pelangi itu hal biasa? pikir ibunya. Memang betul, kalau kita melihatnya pelangi di atas langit. Tapi yang ini memang beda. Yang dilihat Damar adalah kaki pelangi. Ia melihatnya dari jarak sekitar 3 meter. Pelangi itu ada di depannya. Apa yang dilihat Damar juga dibenarkan oleh ibunya. Istriku itu merinding dibuatnya. Karena selama ini, ia pun baru pertama kali melihat kaki pelangi. Adakah ini fenomena alam biasa? Ataukan tanda keberuntungan bagi orang-orang yang melihatnya? Walahualam, yang jelas Damar dan ibunya telah melihat kaki pelangi, kemarin sore.