Langsung ke konten utama

Kabut Asap

Asap pekat kembali menyelimuti Kota Palangkaraya. Asap dari pembakaran lahan ini sudah di luar ambang batas. Bukan hanya kesehatan manusia yang terganggu, jadwal penerbangan pun menuai akibatnya. Beberapa maskapai penerbangan nasional mengundurkan jadwalnya. Praktis bila kabut asap turun, Bandara Cilik Riwut baru bisa didarati selepas tengah hari.

Gangguan kesehatan manusia jangan ditanya lagi. Khususnya anak-anak sudah banyak yang menderita ISPA maupun diare. Seorang bayi dikhabarkan harus menjalani rawat inap di rumah sakit karena terserang diare. Kebetulan bayi mungil itu adalah anak dari sabahat saya di Palangkaraya.

Kenapa orang masih suka membakar untuk sekadar membersihkan lahan? Adakah cara lain yang lebih aman? Konon Gubernur Kalimantan Tengah pernah mengeluarkan kebijakan pembakaran lahan secara terbatas, namun kebijakan ini kabarnya sudah dicabut.

Mungkin kini kita tinggal berharap pada turunnya hujan. Supaya asap benar-benar hilang dari Kota Palangkaraya. Namun, kedepan sebaiknya dilakukan larangan total kegiatan pembakaran lahan. Pemerintah daerah bisa memberikan bantuan alat mekanis untuk pembukaan dan pembersihan lahan. Sehingga langit Palangkaraya akan tetap biru untuk selamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Dasar

Ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Damar. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia menginjakkan kaki di Sekolah Dasar. Tepatnya di SD Bruder Nusa Indah Pontianak. Bagi kebanyakan orang, SD adalah tempat pertama untuk mengenal dunia sekolah. Namanya aja Sekolah Dasar. Namun sebelum memasuki SD, Damar telah masuk di Taman Kanak-kanak Primanda Untan. Mungkin karena namanya TK jadi gak dianggap sekolah, tapi tempat bermain. Namanya khan ada tamannya hehe. OK nak, selamat mengenal dunia yang baru ya. Belajarlah yang tekun, raihlah cita-citamu setinggi langit. Kamu sekarang sudah jadi anak sekolah. Tapi gak kayak Si Doel khan?

Dedeng Alwi

Semak itu dibiarkan tumbuh liar. Kota Palu terasa panas, ketika kakiku menapaki komplek pekuburan itu. Di sini, bersemayam damai jasad sahabatku, Dedeng Alwi. Seorang sahabat yang sangat berkesan dalam hidupku. Tuhan punya rahasia. Dialah yang menentukan kapan saatnya seorang anak manusia dipanggil pulang. Termasuk sahabatku ini, dia dipanggil pulang dalam usia yang belum terlalu tua. Meski sesungguhnya, masih banyak kerja di dunia ini. Dari tanggannya, lahir berpuluh-puluh aktivis lingkungan yang pro rakyat. Maklum, almarhum adalah salah satu dedengkot aktivis LSM di Palu. Karena itu pulalah, aku mengenal sosok almarhum sebagai guru bertangan dingin. Bung, semoga engkau damai di sisi Tuhan Yang Maha Mengerti. Aku sangat kehilangan, sosok sahabat seperti kamu.

Kaki Pelangi

Ini kejadian yang sangat langka. Rabu 27 Juni 2007, sekitar jam 3 sore, Damar anak pertamaku teriak-teriak memanggil ibunya. "Ibu, ibu, ibu sini lihat ada pelangi di depan rumah kita," teriaknya. Ada apa dengan pelangi? bukankah melihat pelangi itu hal biasa? pikir ibunya. Memang betul, kalau kita melihatnya pelangi di atas langit. Tapi yang ini memang beda. Yang dilihat Damar adalah kaki pelangi. Ia melihatnya dari jarak sekitar 3 meter. Pelangi itu ada di depannya. Apa yang dilihat Damar juga dibenarkan oleh ibunya. Istriku itu merinding dibuatnya. Karena selama ini, ia pun baru pertama kali melihat kaki pelangi. Adakah ini fenomena alam biasa? Ataukan tanda keberuntungan bagi orang-orang yang melihatnya? Walahualam, yang jelas Damar dan ibunya telah melihat kaki pelangi, kemarin sore.