Langsung ke konten utama

Ronda Bumi

Mungkin Anda sudah sangat familiar dengan kata ronda. Ya, aktivitas warga dimalam hari untuk menjaga keamanan lingkungan. Meski aktivitas ini sangat efektif nenangkal berbagai bentuk kejahatan, namun belakangan ini sudah mulai ditinggalkan.

Banyak alasan mengapa warga mulai meninggalkan antivitas ini. Seperti misalnya, karena kalau malamnya ronda, keesokan harinya mengantuk di tempat kerja. Alasan lain, bisa bayar uang keamanan kepada petugas yang diminta khusus untuk menjaga keamanan.

Padahal, di tengah peradaban modern di perkotaan, interaksi antarwarga sudah sangat terbatas. Untuk itu, sesungguhnya ronda bisa dijadikan media untuk interaksi sosial ini. Menjaga keamanan lingkungan adalah tugas segala warga, dan tidak bisa dibebankan kepada petugas semata meskipun ia sanggup membayarnya.

Begitu pula tugas menjaga keselamatan bumi. Tentu saja tidak bisa dibenbankan kepada negara miskin saja. Negara-negara kaya di Utara, hendaknya juga turut menjaga keselamatan bumi dengan cara mengurangi emisi gas-gas rumah kaca yang merusak bumi. Mereka tidak boleh cuma membayar kompensasi kepada negara-negara miskin di Selatan yang berkomitmen menjaga keselamatn bumi.

Ingat, kita cuma punya satu bumi. Satu bumi untuk semua. Untuk itu wajib hukumnya bagi siapa pun yang tinggal di dalamnya untuk sama-sama menjaga keselamatannya, melalui ronda bumi. Saatnya bertindak, sebelum segalanya terlambat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Dasar

Ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Damar. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia menginjakkan kaki di Sekolah Dasar. Tepatnya di SD Bruder Nusa Indah Pontianak. Bagi kebanyakan orang, SD adalah tempat pertama untuk mengenal dunia sekolah. Namanya aja Sekolah Dasar. Namun sebelum memasuki SD, Damar telah masuk di Taman Kanak-kanak Primanda Untan. Mungkin karena namanya TK jadi gak dianggap sekolah, tapi tempat bermain. Namanya khan ada tamannya hehe. OK nak, selamat mengenal dunia yang baru ya. Belajarlah yang tekun, raihlah cita-citamu setinggi langit. Kamu sekarang sudah jadi anak sekolah. Tapi gak kayak Si Doel khan?

Dedeng Alwi

Semak itu dibiarkan tumbuh liar. Kota Palu terasa panas, ketika kakiku menapaki komplek pekuburan itu. Di sini, bersemayam damai jasad sahabatku, Dedeng Alwi. Seorang sahabat yang sangat berkesan dalam hidupku. Tuhan punya rahasia. Dialah yang menentukan kapan saatnya seorang anak manusia dipanggil pulang. Termasuk sahabatku ini, dia dipanggil pulang dalam usia yang belum terlalu tua. Meski sesungguhnya, masih banyak kerja di dunia ini. Dari tanggannya, lahir berpuluh-puluh aktivis lingkungan yang pro rakyat. Maklum, almarhum adalah salah satu dedengkot aktivis LSM di Palu. Karena itu pulalah, aku mengenal sosok almarhum sebagai guru bertangan dingin. Bung, semoga engkau damai di sisi Tuhan Yang Maha Mengerti. Aku sangat kehilangan, sosok sahabat seperti kamu.

Kaki Pelangi

Ini kejadian yang sangat langka. Rabu 27 Juni 2007, sekitar jam 3 sore, Damar anak pertamaku teriak-teriak memanggil ibunya. "Ibu, ibu, ibu sini lihat ada pelangi di depan rumah kita," teriaknya. Ada apa dengan pelangi? bukankah melihat pelangi itu hal biasa? pikir ibunya. Memang betul, kalau kita melihatnya pelangi di atas langit. Tapi yang ini memang beda. Yang dilihat Damar adalah kaki pelangi. Ia melihatnya dari jarak sekitar 3 meter. Pelangi itu ada di depannya. Apa yang dilihat Damar juga dibenarkan oleh ibunya. Istriku itu merinding dibuatnya. Karena selama ini, ia pun baru pertama kali melihat kaki pelangi. Adakah ini fenomena alam biasa? Ataukan tanda keberuntungan bagi orang-orang yang melihatnya? Walahualam, yang jelas Damar dan ibunya telah melihat kaki pelangi, kemarin sore.